Abstraksi :
Klasifikasi verba majemuk dalam bahasa Indonesia telah berhasil diidentifikasi dalam paper ini. Gabungan dari dua verba [verba + verba] digunakan untuk membentuk verba baru. Hasil penelitian menunjukkan bahwa verba derivative yang baru muncul dari kombinasi tersebut. Sebagai hasilnya, dapat disimpulkan bahwa verba majemuk bisa dikategorikan menjadi 3 jenis : verba majemuk dasar, verba majemuk ulang, dan verba majemuk imbuhan. Selain itu, telah diteliti pula posisi kata dalam semua kategori verba majemuk. Dan diketahui bahwa makna baru tidak akan terbentuk dengan merubah susunan katanya. Dari hasil penelitian ini, dapat diajukan bahwa pengelompokan dari verba majemuk dalam bahasa Indonesia tersebut kemungkinan dapat diaplikasikan dalam bahasa-bahasa lain, dan dapat diperbandingkan, khususnya dengan bahasa Jepang.
Kata Kunci : Bahasa Indonesia, verba majemuk, verba majemuk dasar, verba majemuk ulang
verba majemuk imbuhan
1. Pendahuluan
Bahasa Jepang kaya akan verba majemuk yang terdiri dari dua verba. Contohnya banyak terdapat verba majemuk yang terbentuk dari gabungan [verba+verba] seperti,「読む+取る(yomu+toru)」 menjadi 「読み取る(yomitoru) 」、「食べる+歩く(taberu+aruku)」 menjadi 「食べ歩く (tabearuku)」。Dalam bahasa Indonesiapun terdapat verba majemuk yang terbentuk dari gabungan verba. Contohnya seperti [jual beli]、[jalan jalan], dan sebagainya。Verba ini ditulis secara terpisah, tapi pada dasarnya verba tersebut merupakan satu kata. Dalam bahasa Indonesia, sama halnya seperti dalam bahasa Inggris, dengan memberikan imbuhan, kita dapat membentuk bermacam-macam verba majemuk. Dengan membentuk verba majemuk dengan menggunakan imbuhan, bukan hanya merubah bentuk kata tersebut, tetapi juga akan merubah arti dan sintaksisnya
Sampai saat ini, banyak penelitian mengenai kalimat majemuk yang dilakukan oleh ahli bahasa Indonesia, tetapi untuk penelitian mengenai verba majemuk, khususnya penelitian yang menitik beratkan pada turunan dan arti-nya belum banyak dilaksanakan.
Dalam paper ini, akan dijelaskan pengelompokan verba majemuk didasarkan pada ciri khas pembentukannya. Kemudian akan dijabarkan pula cara pembentukan verba majemuk dan ciri khas bentuk turunan dari kata majemuk.
2. Klasifikasi Verba Majemuk dalam Bahasa Indonesia
Menurut Zakiyama (1982:109) , perbedaan pembentukan kata dalam bahasa Jepang dan bahasa Indonesia yang paling mendasar adalah bahwa”Kata majemuk dalam bahasa Indonesia pada dasarnya terbentuk atas struktur (Kata yang dimodifikasi+Kata yang memodifikasi) ”. Dalam penelitian Zakiyama, dijabarkan mengenai kata turunan, kata majemuk, dan kata majemuk bertingkat, tetapi tidak dibahas mengenai verba majemuk. Selain itu dalam penelitian Sasaki (1982), Taniguchi (1985), Matsuoka (1990), Chaer (1994), Parera (1994) pun tidak terdapat pembahasan mengenai verba majemuk. Hanya dalam penelitian yang dilaksanakan oleh Muliono (2001:22), terdapat penjelasan mengenai verba majemuk, tetapi tidak terdapat penjelasan yang rinci mengenai klasifikasi dan penggunaan verba tersebut berdasarkan artinya.
Menurut Matsumoto (2002), verba dalam bahasa Indonesia berdasarkan strukturnya dapat golongkan menjadi dua jenis. Jenis pertama adalah verba tunggal, yang terdiri dari satu verba. Dan kedua adalah verba turunan, yang terdiri atas dua verba atau lebih. Contoh verba turunan adalah [membeli], yang strukturnya terdiri dari awalan [mem], dan kata dasar [beli]. Selain itu, Matsumoto (2002) mengklasifikasikan verba turunan menjadi verba imbuhan, verba ulang, dan verba majemuk, dan kemudian mengelompokkan verba majemuk seperti di bawah ini.
ⅠKiso Fukugo Doushi(verba majemuk dasar)
ⅡJuufukugo Doushi (verba majemuk ulang)
ⅢSetsuji Fukugo Doushi (verba majemuk imbuhan)
Penelitian ini pun menggunakan kerangka di atas. Hanya saja, karena dalam penelitian Matsumoto (2002) hanya dijabarkan mengenai klasifikasi verba majemuk tanpa pembahasan mengenai bentuk turunan dan penggunaannya berdasarkan artinya, maka penulis memutuskan untuk meneliti hal ini lebih lanjut di dalam penelitian ini.
Dalam bahasa Jepang, verba majemuk didefinisikan sebagai berikut; “Kombinasi dari dua bentuk substansial terkecil, yang membentuk unit yang besar dan menimbulkan fungsi tata bahasa dan arti yang baru, kata tersebut disebut dengan kata majemuk”. Kemudian, apabila dua bentuk substansial tersebut adalah verba, atau morpheme bagian belakang adalah sebuah verba, dan bentuk kata majemuk yang dibentuk memiliki sifat sebuah verba, maka disebut dengan verba majemuk. (------ 1978:8). Kesimpulannya, aturan verba majemuk adalah verba yang terbentuk dari dua kata majemuk atau lebih, dan keseluruhan dari kata majemuk atau bagian belakang dari kata majemuk tersebut secara keseluruhan memiliki fungsi seperti verba.
I Kiso Fukugo Doushi(verba majemuk dasar)
Verba majemuk yang dimaksudkan di sini adalah seperti verba「tabehajimeru (mulai makan)」、「arukidasu (mulai jalan)」 dalam bahasa jepang, dimana verba awal 「zenkoudoushi」 (untuk selanjutnya disebut dengan V1) dalam bentuk sambung diikuti oleh sebuah verba akhir 「Koukoudoushi」(untuk selanjutnya disebut dengan V2) dan bergabung menjadi satu verba, adalah diakui sebagai verba majemuk, seperti juga dalam bahasa Indonesia terdapat bentuk verba majemuk [verba + verba]. Contohnya adalah verba majemuk [jual beli (baibaisuru)], yang terbentuk dari dua verba [jual (uru)]dan [beli (kau)]. Dalam paper ini, bentuk ini disebut dengan [verba majemuk dasar].
II Juufuku Fukugo Doushi (verba majemuk ulang)
Selain bentuk verba majemuk yang telah diuraikan di atas yaitu verba majemuk yang terbentuk dari verba yang berbeda, dalam bahasa Indonesia terdapat verba majemuk seperti [makan-makan (taberu- taberu)」yang terbentuk dari kata ulang yang tediri dari ulangan kata yang sama dengan pola [verba + verba]. Dalam hal ini, satu kata 「makan」 dalam bahasa Jepang berarti 「taberu (makan)」, tetapi dengan adanya pengulangan, arti kata tersebut berubah menjadi 「paatii wo suru (berpesta)」atau「takusan taberu (makan banyak)」dalam bahasa Jepang. Verba majemuk seperti ini dalam paper ini disebut dengan Juufukugo Fukugo Doushi (verba majemuk ulang)。
III Setsuji Fukugo Doushi (verba majemuk imbuhan)
Berdasarkan “struktur verba” dalam bahasa Indonesia, dengan memberikan perhatian kepada fungsi imbuhan atau pembentukan kata ulang, dapat dipastikan bahwa pembentukan kata turunan dalam bahasa Indonesia jenisnya jauh lebih banyak dibanding bahasa Jepang. Mengenai ini untuk lebih rincinya akan dijelaskan dalam bab 4 bagian 3. Contohnya, dalam bahasa Indonesia terdapat awalan 「ber-」. Dan verba majemuk 「bercocok tanam」(saibaisuru) merupakan verba majemuk yang terdiri dari dua verba「ber-cocok」(au) dan 「tanam」(ueru), tetapi artinya berubah menjadi [bercocok tanam] dan menjadi satu kata. Verba majemuk 「berjual beli」(baibaisuru)terbentuk dari dua verba yaitu 「ber-jual」(uru)dan と「beli」(kau,)tetapi artinya berubah menjadi [berjual beli (baibaisuru)], dan menjadi satu kata. Dalam kasus seperti ini, awalan「ber-」, menyatakan「melakukan (~suru・~shite iru)」. Verba majemuk seperti ini di dalam paper ini disebut dengan verba majemuk imbuhan.
Zakiyama(1982:106) menyatakan bahwa “Bahasa Indonesia merupakan bahasa yang memiliki tipe terpadu seperti bahasa Jepang, tetapi bahasa Jepang terdapat partikel dan verba bantu yang intinya merupakan akhiran. Sebaliknya, dalam bahasa Indonesia, berbeda dengan bahasa Jepang, aliran utamanya adalah imbuhan, yang fungsinya antara lain adalah untuk menentukan tingkatan, bentuk, waktu, kata sopan dan lain-lain. Dari sana dapat dikatakan, bahwa untuk membentuk kata turunan dalam bahasa Indonesia imbuhan merupakan factor tata bahasa yang sangat penting.
3. Bentuk Turunan dari Verba Majemuk dalam Bahasa Indonesia
3.1 Bentuk Turunan dari Verba Majemuk Dasar
Verba majemuk jenis ini adalah majemuk dari [verba + verba], dan tidak memiliki struktur pembentuk imbuhan dan ulangan. Dengan kata lain, merupakan verba majemuk yang terdiri dari morpheme dasar. Factor pembentuk verba majemuk dasar terdiri dari morpheme dasar bebas(morphem yang dapat berdiri sendiri) dan morpheme dasar terikat (yang terbatas pada hubungannya dengan akar kata). Verba majemuk dengan bentuk [verba + verba] dapat dilihat pada contoh (1) sampai (4) sebagai berikut:
(1) a.[salah ambil]→[salah+ambil]
「chigau+toru」
→「machigaete toru」
b.[salah bicara]→[salah+bicara]
「chigau+hanasu」
→「machigaete hanasu」
(2) a.[mulai makan]→[mulai+makan]
「hajimeru+taberu」
→「tabehajimeru」
b.[mulai bicara]→[mulai+bicara]
「hajimeru+hanasu」
→「hanashihajimeru」
(3) a.[ikut serta]→[ikut+serta]
「shitagau+tsureru」
→「sankasuru」
b. [pulang pergi]→[pulang+pergi]
「kaeru+iku」
→「kayou(oufukusuru)」
(4) a.[temu wicara]→[temu+wicara]
「au+hanasu」
→「attehanasu(kaigisuru)」
b.[campur aduk]→[campur+aduk]
「mazeru+maku」
→「mazeawaseru」
Bentuk「salah+verba」pada contoh no (1) dan bentuk 「mulai+verba」 pada contoh kalimat no (2), merupakan contoh verba majemuk yang terdiri dari morpheme terikat. Sedangkan pada contoh (3) dan (4) dengan bentuk [verba+verba], dua-duanya merupakan verba majemuk yang terdiri dari verba dasar.
Cara penulisan verba majemuk dasar sesuai dengan kaidah penulisan verba majemuk adalah dengan membuka jarak diantara dua verba. Kemudian, Muliono(2001:22) menyatakan bahwa “apabila dilihat dari sudut pandang arti, susunan kata verba majemuk yang telah dibentuk tidak dapat dirubah atau diganti”. Contohnya seperti verba majemuk [temu wicara], tidak dapat dirubah susunannya menjadi [wicara temu]. Arti dari [temu wicara] adalah [temu(au)]、[wicara (hanasu)]→sehingga verba tersebut menjadi memiliki arti 「attehanasu・kaigisuru」(temu wicara, rapat).
Mengenai penggabungan verba majemuk, Hirano (1999:9) menyebutkan sebagai berikut: “Untuk menggabungkan dua verba, caranya ada dua. Yaitu yang disambungkan dengan verba bentuk [te] dan yang disambungkan dengan verba bentuk sambung. Yang disambungkan dengan jenis verba bentuk [te], pada umumnya, bila dilihat dari derajat pembentukan disebut dengan [kata bantu].
Dalam kata majemuk bentuk turunan, dalam bahasa Jepang, diakui bentuk yang “mengikuti verba bentuk[te]”, dan bentuk yang “mengikuti bentuk sambung, hal ini sangat berbeda sekali karena dalam bahasa Indonesia untuk menggabungkan dua verba hanya perlu menyambungkan kedua verba tersebut. Dari sini dapat dilihat perbedaan bentuk dasar dari akar kata bahasa Jepang dan bahasa Indonesia.
3.2 Bentuk Turunan dari Verba Majemuk Ulang
Dalam bahasa Indonesia, terdapat kata ulang yang terbentuk dari akar kata atau kata turunan berimbuhan yang diulang. Verba majemuk yang terbentuk dari kata ulang tersebut disebut dengan verba majemuk ulang. Contohnya adalah sebagai berikut,
(5) a.[jalan-jalan]→[jalan+jalan]
「aruku+aruku」
→「sanposuru・ryokousuru・kengakusuru」
b.[makan-makan]→[makan+makan]
「taberu+taberu」
→「paatii wo suru・takusan taberu」
Contoh no. (5) [jalan jalan] adalah contoh kata dasar yang diulang begitu saja.
Di dalam verba majemuk ulang, terdapat verba majemuk ulang berimbuhan yang merupakan verba majemuk yang memiliki imbuhan. Seperti terlihat dalam contoh (6) sampai (8). Kemudian, dalam bahasa Indonesia terdapat ciri khas dimana imbuhan (awalan, akhiran, dsb), yang mengikuti ‘kata dasar’ (bentuk kata sebelum diikuti imbuhan) membentuk kata turunan.
(6) a. [tolong-menolong] 「tasukeau」
b. [pukul-memukul] 「naguriau」
(7) a. [menari-nari] 「odori wo odoru」
b. [melihat-lihat] 「are kore to miru」
(8) a. [berlari-lari] 「burabura hashiru」
b. [berjalan-jalan] 「sanposuru」
[tolong-menolong] pada contoh no (6) merupakan [tolong+meN-tolong]→「tasukeau」dan [melihat-lihat] pada contoh no (7) merupakan [meN-lihat+lihat]→「arekore to miru」 yaitu merupakan verba majemuk ulang berimbuhan yang memiliki imbuha ‘meN-‘. Kemudia, pada contoh (8) [berlari-lari] yaitu [ber-lari+lari]→「burabura hashiru」, merupakan verba majemuk yang diberi awalan’ ber-‘. Verba majemuk jenis ini, terutama jenis verba majemuk ulang berimbuhan, banyak terdapat dalam bahasa Indonesia.
3.3 Bentuk Turunan pada Verba Majemuk Berimbuhan
Verba majemuk berimbuhan adalah dua kata dasar yang diulang dan kemudian diberi imbuhan awalan atau akhiran. Verba majemuk berimbuhan ini pun banyak terdapat dalam bahasa Indonesia. Jenis-jenis verba majemuk berimbuhan dapat dilihat seperti berikut.
(9) bentuk verba majemuk「ber-verba+verba」
contoh: [berdarma wisata] 「ryokousuru」
[berterima kasih] 「kanshasuru」
(10) bentuk verba majemuk 「verba+ber-verba」
contoh:[mulai bekerja] 「hatarakihajimeru」
[mulai berbicara]「hanashihajimeru」
Awalan ‘ber-‘ pada contoh (9) melekat pada verba majemuk pertama, dan menjadi verba majemuk dengan bentuk 「ber+verba intransitif+verba」. Awalan ‘ber-‘ pada contoh (10) melekat pada verba majemuk kedua dan menjadi verba majemuk dengan bentuk 「vera+ber –verba intransitif」. Ushie (1975:53) menyatakan bahwa “Untuk bentuk verba majemuk ‘ber +verba intransitif’, apabila verba transitifnya merupakan akar kata, jenis katanya adalah verba intransitif dan artinya berubah”.
(11) Verba majemuk bentuk 「verba+meN-verba」
Contoh :[mulai menulis] 「kakihajimeru」
[mulai menari] 「odorihajimeru」
Pada contoh (11), awalan ‘meN-‘ melekat pada verba majemuk yang kedua. Bentuk verba majemuknya ini memiliki susunan 「verba+meN-verba transitif」, dan imbuhan ‘meN-‘ memiliki fungsi merubah verba majemuk menjadi verba transitif.
(12) Verba majemuk bentuk 「verba+verba-kan」
contoh:[beri tahukan] 「tsuuchisuru」
[sebar luaskan] 「kakudaisuru」
Akhiran ‘-kan’ pada contoh (12) melekat pada verba kedua, dan membentuk verba majemuk 「verba+verba intransitif-kan」. Pada saat akar katanya merupakan verba intransitif dapat membentuk arti transitif「~saseru (-kan)」.
Contoh (13) merupakan bentuk verba majemuk yang menggunakan imbuhan -------「me-verba+verba-kan」. Imbuhan ‘meN-‘ melekat pada verba pertama dan memiliki fungsi merubah verba menjadi transitif. Contoh (14) pun merupakan verba majemuk yang menggunakan imbuhan -------「di-verba+verba-kan」. Imbuhan ‘di-‘ melekat pada verba pertama dan memiliki fungsi merubah verba menjadi intransitif.
(13) Verba majemuk bentuk 「me-verba+verba-kan」
contoh: a.[memberitahukan] →
[mem+beri+tahu+kan]
→「~ni tsuuchisuru」
b.[menyebarluaskan] →
[me+sebar+luas+kan]
→「kakudaisaseru」
(14) Verba majemuk bentuk 「di-verba+verba-kan 」
Contoh: a. [diujicobakan] →
[di+uji+coba+kan]
→「jikkensuru」
b.[dialihtugaskan]
[di+alih+tugas+kan]
→「tenkinsaseru」
Imbuhan 接辞(接頭辞・接尾辞・共接辞)による turunan (派生) yang terbentuk dari imbuhan (awalan, akhiran dan imbuhan ------) merupakan cara pembentukan kata yang penting dalam pembentukan verba majemuk dalam bahasa Indonesia. Menurut Kageyama (2001:164), “Kata majemuk, pada dasarnya adalah apabila bagian/elemen depan memiliki fungsi memodifikasi bagian/elemen belakang secara arti”. Secara tata bahasa, fungsi awalan adalah untuk menambahkan arti yang penting pada bentuk dasar verba majemuk, sedangkan fungsi akhiran adalah untuk merubah jenis kata.
4. Penggunaan Verba Majemuk dalam Bahasa Indonesia berdasarkan Arti
4.1Penggunaan Verba Majemuk Dasar berdasarkan Arti
Penggunaan verba majemuk dasar berdasarkan artinya dapat disimpulkan seperti berikut.
① Menyatakan ‘Aktivitas/kegiatan dan hasilnya’
(15) Budi salah ambil buku di rak
ブデイ 違う 取る 本 に 戸棚
(Budi chigau toru hon ni todana)
「ブデイさんが戸棚から本を取り間
違えた。」
(Budisan ga todana kara hon wo torimachigaeta)
(16) Ani salah bicara kepada pak guru
アニ 違う 話す に 先生
(Ani chigau hanasu ni sensei)
「アニさんが先生に話しを間違いました。」
(Anisan ga sensei ni hanashi wo machigaimashita)
(17) Dalam kasus ini、 pihak keluarga salah
中 事件 この 家族側 違う
(naka jiken kono kazokugawa chigau
terima terhadap keputusan
受ける に 判決
Ukeru ni hanketsu)
「この事件では、判決に対して、家族側
が誤解した。」
(Kono jiken dewa, hanketsu ni taishite, kazokugawa ga gokaishita)
Didalam verba majemuk, [salah ambil] pada contoh (15), [salah bicara] pada contoh (16) dan [salah terima] pada contoh (17), dapat dilihat bahwa V1[salah] dan V2[bicara] terdapat hubungan modifikasi. Sebagai contoh, [salah bicara] pada contoh (16) merupakan “hasil berbicara, salah”. V1[salah] menyatakan [sebab], dan V2[bicara] menyatakan [kegiatan dan hasilnya].
② Menyatakan 「Dimulainya sebuah aktivitas/kegiatan」
(18) Tamu mulai makan hidangan setelah
お客 始める 食べる 料理 後
(okyaku hajimeru taberu ryouri ato
dipersilahkan oleh pembawa acara
勧める に 司会
susumeru ni shikai)
「司会が勧めた後、お客さんが料理を食べ始めた。」
(shikai ga susumeta ato, okyakusan ga ryouri wo tabehajimeta)
(19) Anak mulai bicara sejak usia 3 tahun
子供 始める 話す から 年齢 3歳
(Kodomo hajimeru hanasu kara nenrei 3sai)
「3歳から子供が話し始めた。」
(3kara kodomo ga hanashihajimeta)
(20) Ekonomi mulai maju setelah
経済 はじめる進む 以来
(keizai hajimeru susumu irai
perggantian presiden
交代する 大統領
Koutaisuru daitouryou)
「大統領の交代以来、経済が進み始めた。」
(Daitouryouno koutai irai, keizai ga susumihajimeta)
Dari contoh (18) sampai (20), kesemuanya memiliki arti [memulai sebuah aktivitas/kegiatan]. [mulai makan] pada contoh (18) memiliki arti [shokuji ga hajimaru], [mulai bicara] pada contoh (19) memiliki arti [hanasu no ga hajimaru], dan [mulai maju] pada contoh (20) memiliki arti [keizai ga ugoki hajimeru]. Pada verba majemuk-verba majemuk tersebut, V1[mulai] menyatakan arti [mulai/memulai], dan V2 menyatakan [aktivitas/kegiatan]. [mulai] adalah menyatakan「~hajimeru」 dalam bahasa Jepang.
③ Menyatakan 「Mengulang-ulang sebuah aktivitas/kegiatan」
(21) Rina dalam setahun telah 10 kali 、
リナ 中 一年 既に 10回
keluar masuk rumah sakit
(Rina naka ichinen sude ni juukai
出る 入る 病院
Deru hairu byouin)
「リナさんが今年のうちで、治療するために10回通院する。」
(Rinasan ga kotoshi no uchide, chiryousuru tame ni juukai tsuuinsuru)
(22) Dia jatuh bangun mencari uang buat
彼 落ちる 起きる 稼ぐ お金 ため
(kare ochiru okiru kasegu okane tame
keluarga
家族
Kazoku)
「彼は家族のために、必死にお金を稼ぐ。」
(kare wa kazoku no tame ni, hishhi ni okane wo kasegu)
(23) Anita pulang pergi ke china untuk
アニタ 帰る 行く へ 中国 ために
(Anita kaeru iku he chuugoku tame ni
berobat
治療する
Chiryousuru)
「治療のため、アニタは何回も中国を往復する。」
(chiryou no tame, Anita wa nankai mo chuugoku wo oufukusuru)
[keluar masuk(deruhairu)」 pada contoh (21), [jatuh bangun(ochiruokiru)] pada contoh (22), [pulang pergi(kaeruiku)] pada contoh (23) kesemuanya merupakan verba majemuk yang terbentuk dari antonim, dan memunculkan arti [mengulang sebuah aktivitas/kegiatan]. Dalam bahasa Jepang, verba majemuk yang terbentuk dari antonim hanya mengungkapkan aktivitas/kegiatan itu saja, tetapi dalam bahasa Indonesia juga mengungkapkan pengulangan aktivitas/kegiatan.
④ Menyatakan 「Penekanan aktivitas/kegiatan」
(24) Perdana mentri Abe datang ke
総理 安倍 来る へ
(souri abe kuru he
Indonesia untuk melakukan
インドネシア ために する
Indonesia tameni suru
temu wicara dengan presiden Yudoyono
会議 と 大統領 ユドヨノ
Kaigi to daitouryou Yudoyono)
「安倍総理がユドヨノ大統領と会議をするために、インドネシアに来る。」
(Abesouri ga Yudoyono daitouryou to kaigi wo surutame ni, Indonesia ni kuru)
(25) Karena semua orang melihat dia terus
ため みんな 人 見る 彼 ずっと
(tame minna hito miru kare zutto
dia jadi serba salah
彼 になる 全部間違い
Kare ni naru zenbu machigai)
「みんなが彼に注目しているため、全く落ち着きがなく、動きが間違いだらけになる。」
(Minna ga kare ni chuumokushite iru tame, mattaku ochitsuki ga naku, ugoki ga machigaidarake ni naru)
Verba majemuk pada contoh (24) [temu wicara] dan pada contoh (25) [serba salah], V1 dan V2 menjajarkan verba yang memiliki arti yang sama dan menyatakan makna [penekanan aktivitas].
Seperti telah diuraikan di atas, penggunaan berdasarkan arti untuk verba majemuk dasar terbagi menjadi 4 yaitu,① aktivitas dan hasilnya, ② memulai aktivitas/kegiatan, ③ pengulangan aktivitas/kegiatan, ④ penekanan aktivitas/kegiatan.
4.2 Arti Verba Majemuk Berulang
Arti penggunaan verba majemuk berulang dapat disimpulkan sebagai berikut.
① Menyatakan 「Kebiasaan」
(26) Akhir minggu kami biasanya
週末 私達 普通
(Shuumatsu watashitachi futsuu
mengadakan makan-makan dirumah
行う パーティーをする で 家
Okonau paatii wo suru de ie)
「私達は週末に普通、家でパーティーをする。」
(watashitachi wa shuumatsu ni futsuu, ie de paatii wo suru)
(27) Jalan jalan di waktu pagi hari
散歩する に 時間 朝
(Sanposuru ni jikan asa
sangat baik untuk kesehatan
とても 良い ために 健康
Totemo yoi tame ni kenkou)
「朝の時間に散歩するのが、健康にとても良い」
(Asa no jikan ni sanposuru noga, kenkou ni totemo ii)
(28) Minum minum di bar dilarang
アルコールを飲む に バー 禁止される
(arukooru wo nomu ni baa kinshisareru
dalam agama islam
中 イスラム教
Naka isuramukyou)
「アルコールを飲むのはイスラム教では禁止されている。」
(arukooru wo nomu no wa Isuramu de wa kinshisarete iru)
[makan-makan] pada contoh (26), [lari-lari] pada contoh (27), dan [minum-nimum] pada contoh (28) adalah verba majemuk yang menyatakan arti [kebiasaan]. Selain itu, dalam verba majemuk [makan-makan] mengandung pula arti [berpesta (paatii wo suru)].
[bercakap-cakap] pada contoh (29) terbatas pada arti [melakukan beberapa kali]. Arti verba majemuk berulang dapat berubah berdasarkan penggunaan imbuhan.「ber-verba」 menunjukkan bahwa sebuah aktivitas dilakukan berulang-ulang, dan menyatakan keadaan [melakukan sesuatu secara terus-menerus (shikirini…suru)].
(29) Mereka bercakap-cakap hingga
彼ら おしゃべりする まで
(karera oshaberisuru made
tengah malam
夜遅く
Yoru osoku)
「彼らは夜遅くまでおしゃべりした。」
(karera wa yoru osoku made oshaberishita)
② Menyatakan [penekanan aktivitas/kegiatan]
(30) Rina terkenal suka membesar-
リナ 有名な 好き 大きくする
(Rina yuumei na suki ookikusuru
besarkan masalah
問題
Mondai)
「リナさんは問題を大きくするのが好きで、有名です。」
(Rina san wa mondai wo ookikusuru no ga sukide, yuumeidesu)
(31) Setelah menunggu-nunggu akhirnya
後 長くして待つ 結局
(ato nagakushitematsu kekkyoku
bis datang juga
バス 来る やっと
Basu kuru yatto)
「長く待っていた後、やっとバスが来ました。」
(nagaku motte ita ato, yatto basu ga kimashita)
Bentuk verba majemuk berulang [membesar-besarkan] pada contoh (31) menggunakan imbuhan 「meN-verba+verba-kan」, dan menyatakan arti [penekanan aktivitas/kegiatan]. Penggunaan awalan meN- merubah arti verba majemuk.
(32)Kakek tua itu sering duduk-duduk
おじいさん その よく ぼんやりと座る
(ojiisan sono yoku bonyari to suwaru
diberanda rumahnya
ベランダで 彼の家
Berada de kare no ie)
「そのおじいさんはよく家のベランダでぼんやりと座っている。」
(sono ojiisan wa yoku ie no beranda de bonyari to suwatte iru)
(33) Kami pergi ke supermarket hanya untuk
私達 行く へ スーパー だけ ために
(watashitachi iku he suupaa dake tameni
melihat-lihat barang
あれこれと見る 商品
Arekoreto miru shouhin)
「私達はスーパーに行って、あれこれと見るだけです。」
(watashitachi wa suupaa ni itte, arekore to mirudake desu)
[duduk-duduk] pada contoh (32) dan [melihat-lihat] pada contoh (33), berdasarkan katanya, dapat menyatakan arti [melakukan sesuatu tanpa tujuan (mokuteki naku…suru)]. は語によって、重複することにより「目的なく~する」という意味を表す。Pengulangan verba dasar [duduk (suwaru)]dan [lihat (miru)] menyatakan arti [penekanan aktivitas/kegiatan].
③ Menyatakan 「saling me-」
(34) Mereka tuduh menuduh dalam kasus itu
彼ら 非難し合う 中 事件 その
(karera hinanshiau naka jiken sono)
「彼らはその事件に関して、お互いに
相手を非難し合う」。
(karera wa sono jiken ni kanshite, otagai ni aite wo hinanshiau)
(35) Kita harus tolong menolong
私達 しなければならない 助け合う
(watashitachi shinakerebanaranai tasukeau
dalam hidup bermasyarakat
中 生きる 社会
Naka ikiru shakai)
「私達は社会での生活の中でお互いに助け合わなければなりません。」
(watashitachi wa shakai deno seikatsu naka de otagai ni tasuke awanakereba narimasen)
(36) Anak-anak bermain tarik menarik
子供達 遊ぶ 引き合う
(kodomotachi asobu hikiau
tambang di halaman
紐 に 庭
Himo ni niwa)
「庭に子供達は紐を引っぱり合う。」
(niwa ni kodomotachi wa himo wo hippariau)
[tuduh-menuduh] pada (34)、[tolong-menolong] pada (35)、[tarik-menarik] pada (36) merupakan verba majemuk. Verba depan(V1) adalah inti, dan verba belakang (V2) merupakan verba yang sama dengan imbuhan [meN-verba]. Verba majemuk ini menyatakan arti [saling me-(lakukan sesuatu)].
Seperti dapat dilihat di atas, verba majemuk menyatakan arti:①kebiasan, ②penekanan aktivitas/kegiatan, ③saling me-(lakukan sesuatu).
4.3 Makna Verba Majemuk Imbuhan
Makna verba majemuk berimbuhan berubah sesuai dengan imbuhan yang mengikutinya. Verba majemuk berimbuhan dengan pola [ber-verba+verba] atau [verba+ber-verba] memiliki makna seperti dijelaskan di bawah ini.
① Menyatakan 「melakukan~・sedang melakukan ~」
(37) Ayah bercocok tanam tomat di kebun
父 栽培する トマト に 畑
(chichi saibaisuru tomato ni hatake
「父が畑でトマトを栽培する。」
(chichi ga hatake de tomato wo saibaisuru)
(38) Mereka berjual beli ganja dikampus
彼ら 売買する 麻薬に/でキャンパス
(karera baibaisuru mayaku ni/de kyampasu)
「彼らがキャンパスで麻薬を売買する。」
(karera ga kyampasu de mayaku wo baibaisuru)
[bercocok-tanam] pada (37) dan [berjual beli] pada (38) menyatakan makna 「melakukan/sedang melakukan~」.
② Menyatakan 「dimulainya suatu aktivitas/kegiatan」
[mulai berdiri] pada (39) dan [mulai belatih] pada (40) merupakan verba majemuk dengan pola [verba+ber-verba」, dan verba depan menunjukkan makna [dimulainya suatu aktivitas/kegiatan].
(39)Perusahaan itu mulai berdiri
会社 その 始める 建つ
(kaisha sono hajimeru tatsu
pada bulan april tahun ini.
に 四月 今年
Ni shigatsu kotoshi)
「今年の四月から、その会社が建て始めた。」
(kotoshi no shigatsukara,sono kaisha ga tatehajimeta)
(40) Sejak minggu lalu、 tim kami
から 先週 チーム 私達
(kara senshuu chiimu watashitachi
mulai berlatih di Bandung
練習始める に/で バンドン
renshuuhajimeru ni/de bandon)
「私達のチームは先週から、バンドンで練習し始めている。」
(watashitachi no chiimu wa senshuukara, bandon de renshuushihajimete iru)
Kemudian [mulai menari] pada contoh (41) dan [mulai menulis] pada contoh (42) merupakan verba majemuk dengan pola 「verba+meN+verba」yang menyatakan makna [memulai suatu aktivitas/kegiatan].
(41) Reni mulai menari sejak umur 5 tahun
レニ 踊り始める から 年 5 歳
(Reni odorihajimeru kara nen 5 sai)
「その子が5歳から踊り始めている。」
(sono ko ga 5 saikara odorihajimete iru)
(42) Dia mulai menulis puisi sejak lulus SMA
彼 書き始める 詩 から 卒業 高校
(kare kakihajimeru shi kara sotsugyou koukou)
「彼は詩を書き始めるのが高校を卒業
してからです。」
(kare wa shi wo kakihajimeru noga koukou wo sotsugyoushite kara desu)
③ Menyatakan makna [menyuruh~, melakukan sesuatu~]
(43) Hasil ujian akan kami beri tahukan
結果 試験 私達 通知する
(Kekka shiken watashitachi tsuuchisuru)
lewat pos
で 郵便局
De yuubinkyoku)
「試験の結果は郵便で私達が通知させる」
(shiken no kekka wa yuubinkyoku de watashitachi ga tsuuchisaseru)
(44) Tolong sebar luaskan berita ini
お願い 拡大する/広げる ニュース この
(Onegai kakudaisuru/hirogeru nyuusu kono
kepada para mahasiswa
に 学生達
Ni gakuseitachi)
「このニュースを学生達に伝えてください。」
(kono nyuusu wo gakuseitachi ni tsutaete kudasai)
[beri tahukan] pada contoh (43) dan [sebar luaskan] pada contoh (44), imbuhan ‘-kan’ mengikuti verba belakang dan membentuk verba majemuk dengan pola [verba+verba intransitif-kan]. Apabila akar katanya merupakan verba intransitive, maka ada kalanya maknanya menjadi transitif yaitu [menyuruh melakukan sesuatu].
Kemudian, contoh (45) pun merupakan verba majemuk berimbuhan dengan pola 「me-verba+verba-kan」, dan memiliki makna [menyuruh melakukan~]. Imbuhan ‘meN-‘ yang mengikuti verba depan memiliki fungsi merubah verba menjadi verba transitif.
(45) Bagi mereka yang mengikut sertakan
ために 彼ら の 参加させる
(tame ni karera no sankasaseru
keluarga harap membawa bekal
家族 お願い 持つ 弁当
Kazoku onegai motsu bentou)
「家族と参加させる方のためには、
弁当持つようにお願いします。」
(kazoku to sankasaseru kata no tame ni wa bentou motsuyouni onegaishimasu)
(46) Harap memberi tahukan apabila
お願い 報告する・通知する もし
(onegai houkokusuru/tsuuchisuru moshi
ada anggota yang tersesat
あれば メンバー 迷子/行方不明
Areba membaa maigo/yukuefumei)
「迷子になっているメンバーがいれば、
私達に報告してください。」
(maigo ni natte iru membaa ga ireba, watashitachi ni houkokushite kudasai)
Seperti telah dijelaskan di atas, makna verba mejemuk berimbuhan dibagi menjadi: ① melakukan ~, sedang melakukan ~, ② memulai suatu aktivitas/kegiatan, ③menyuruh melakukan ~].
5.Ciri Khas Masing-masing Verba Majemuk
Verba majemuk dalam bahasa Indonesia dibagi menjadi tiga jenis, yaitu verba majemuk dasar, verba majemuk berulang, verba majemuk berimbuhan. Masing-masing cirri khas bentuk turunan dan makna verba majemuk dalam bahasa Indonesia dapat disimpulkan seperti di bawah ini.
Apabila dilihat dari segi struktur, pola verba majemuk [verba+verba] dalam bahasa Indonesia dapat dikategorikan sebagai berikut. Pertama, dengan menggabungkan verba 1 (V1) dan verba 2 (V2), maka terbentuklah verba majemuk dasar. Kemudian dengan mengulang V1 atau V2, maka terbentuklah verba majemuk ulang, dan dengan memberi imbuhan pada V1 atau V2 maka terbentuklah verba majemuk berimbuhan.
Mengenai hubungan turunan dari masing-masing verba majemuk dapat dilihat dalam bagan berikut:
Verba majemuk
Dasar Berulang Berimbuhan
↓ ↓
「V1+V2」 「
V1+V1」 ↓

↓
「awalan-V1+V2」 「V1+awalan-V2」 「awalan-V1+V2-akhiran」 |
↓
「V1+V2-akhiran」
↓ ↓
Kata dasar kata turunan
Dalam arti verba majemuk terdapat [memulai suatu aktivitas/kegiatan]. Tetapi, verba majemuk berimbuhan bukan menunjukkan arti [memulai suatu kegiatan], tetapi menyatakan makna aspek seperti [melakukan…] dan [sedang melakukan…].
Sebaliknya, pada verba majemuk berulang, terdapat perubahan makna dari makna yang kongkrit ke makna abstrak, seperti [kebiasaan] dan [penekanan aktivitas/kegiatan], sedangkan dalam verba majemuk dasar dan verba majemuk berimbuhan tidak terdapat makna seperti ini. Akan tetapi, makna [penekanan aktivitas/kegiatan] terdapat pula pada verba majemuk dasar dan verba majemuk berulang.
6. Penutup
Paper ini bertujuan untuk mengelompokkan turunan dalam verba majemuk dalam bahasa Indonesia, meneliti makna masing-masing verba majemuk, kemudian menemukan ciri khas dari masing-masing turunannya. Berdasarkan pada pengelompokan verba majemuk, penelitian ini memberikan perhatian pada bentuk ulangan dan fungsi imbuhan yang merupakan factor pembentuk verba majemuk dan kata dasarnya. Sebagai hasilnya, ditemukan bahwa dalam terdapat pola verba majemuk [verba+verba] yang selama ini belum pernah dibahas sebelumnya. Selain itu diuraikan pula mengenai I verba majemuk dasar, II verba majemuk berulang dan III verba majemuk berimbuhan serta ciri khas masing-masing penggunaan berdasarkan maknanya. Apabila membandingkan antara verba majemuk dalam bahasa Indonesia dan verba majemuk dalam bahasa Jepang, verba majemuk dalam bahasa indonesia memiliki ciri khas yang menonjol yaitu terdapatnya verba majemuk turunan yang menggunakan imbuhan.
Terima kasih banyak :')
BalasHapussangat bagus dan padat ya isinya. Terimakasih sudah menulis ini.
BalasHapusapakah bisa dipostingkan sankou bunken yang dipakai selama penulisan paper ini?
terimakasih atas dipublikasilkannya paper ini.
BalasHapusseperti pertanyaan sebelumnya, apakah bisa menerakan sankou bunken yang digunakan selama penulisan?
terimakasih.